Jumat, 26 Agustus 2011

Dewasa

Apakah kita masih ingat waktu kita masih kecil? sejujurnya pada saat itu kita pernah dewasa, okey kita mulai bercerita dulu tentang masa kecil kita yang mungkin dialami oleh orang lain dibelahan dunia ini. Kita ingat pada waktu kecil, ketika pulang sekolah buru-buru makan siang terus main keluar bersama teman-teman, pada sore hari main bola ataupun main petak umpet, ga ada yang main sendirian semua selalu bersama-sama, ga ada yang individualitas semua selalu berbarengan. Belajar memahami karakter satu sama lain, ada yang wajahnya sembab karena terus-terusan kalah, ada yang tingkahnya sombong karena selalu menang dalam permainan, hahaha..Yah itulah masa kecil kita saat bermain dulu yang penuh kebersamaan dan canda tawa, bandingkan dengan keadaan kita yang sekarang, makin dewasa makin individualitas, semakin terjerumus kedalam permainan yang hanya 2 orang karena stick nya hanya ada dua, ataupun sendiri karena komputer dan keyboardnya hanya satu, yah kita saat ini lebih senang main internet ataupun main PS tanpa disadari kalo kita sudah terjerumus kedalam permainan individualitas. Ga ada unsur toleransi lagi dalam permainan kita yang sekarang, ga ada unsur memahami persaan yang kalah dan menghormati yang menang.

Kita ingat pada saat bulan puasa ketika malam tiba kita main mobil-mobilan bersama teman-teman mengelilingi komplek atau kampung dengan mendorong mobil-mobilan yang telah kita buat dengan susah payah. Kita tidak diberi uang oleh orang tua kita untuk membeli mobil-mobilan tersebut tapi kita tidak habis akal, kita tidak pernah menyerah, kita cari kayu dan sandal jepit lalu kita buat rancangan mobil-mobilan dari bahan-bahan tersebut, dari sampah yang dibuang oleh orang-orang tapi kita bisa menghasilkan sebuah karya. Uang bukan penghalang untuk kita bisa bermain. Kita tidak peduli dengan bagus atau tidaknya hasil mobil-mobilan tersebut tapi kita menyukai proses pembuatannya. Kita selalu marah-marah ketika mobil yang kita buat belum jadi dan permainan kita belum selesai karena orang tua menyuruh kita mandi, lihat betapa serius dan totalnya kita dalam mencintai permainan. Kita dulu bisa bersikap mandiri dengan segala keterbatasan yang ada, mencintai dan menikmati proses pembuatan suatu karya, dan total dalam mencintai sebuah karya, lalu bagaimana kita sekarang??

Dulu kita selalu jujur pada saat ditanya, ya karena anak kecil emang selalu jujur dan polos. Jujur selalu mendatangkan kedamaian hati sedangkan bohong selalu mendatangkan kegelisahan, Lalu kapan kita sering gelisah waktu kecil atau sudah tua? ya emang kehidupannya berbeda, karena permasalahan hidupnya berbeda. Permasalahan orang tua lebih banyak karena bohongnya juga banyak. Karena bohong merupakan akar dari segala permasalahan. Betapa hebatnya kita waktu kecil yang polos hingga ga tau cara untuk berbohong sampai Tuhan pun ga tau cara untuk memberikan kegelisahan kepada kita. Dulu kita pernah dewasa, dulu kita mencintai permainan, mencintai kebersamaan, mencintai kemandirian, mencintai keuletan, dan mencintai kejujuran. Menjadi dewasa dengan memutar waktu adalah hal yang mustahil, tapi kalu kita bisa belajar dengan tepat semua bisa dijadikan teladan. 



Dewasa tidak harus selalu tua tapi dewasalah disaat yang tepat. Dulu kita pernah Dewasa



Kamis, 25 Agustus 2011

Hidup adalah Permainan

Hidup adalah permainan, itu kata pepatah. Yah memang benar hidup itu hanyalah permainan, bermain untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Terkadang untuk mendapatkan apa yang kita inginkan itu harus melukai orang lain atau pun membuat orang lain marah, sedih atau bisa juga bahagia tapi itulah yang namanya permainan selalu ada yang kalah dan menang, perjalanan ini tidak ada yang mudah, banyak batu penghalang yang membuat permainan semakin seru. Seperti dalam game video setiap permainan pasti ada level level tertentu dan tiap level mempunyai tingkat kesulitan yang berbeda-beda itu diciptakan agar permainan menjadi semakin menarik dan kita semakin tertantang untuk menyelesaikan permainan tersebut.

Sama halnya dengan permainan hidup, roda kehidupan yang selalu berputar dari atas kebawah, orang-orang yang selalu mencela, memuji, jalan hidup yang berliku itu merupakan tantangan-tantangan yang harus dilewati. Semua itu tidak datang dalam waktu yang bersamaan, semua sudah ditetapkan sesuai dengan level yang kita lalui. Dalam hidup ada dua pilihan, kita ingin hidup lurus dan hasilnya juga standar atau ingin melewati jalan yang berliku-liku, berbukit-bukit tapi mendapatkan hasil yang memuaskan? itu adalah pilihan kita. Tuhan hanya menciptakan tantangan yang berbeda dalam setiap jalan, jika kita ingin hidup yang lurus-lurus saja maka ikutilah aturan yang ada, tapi jika kita ingin agar hidup kita penuh tantangan maka pilihlah jalan yang tidak normal tentu saja jika kita memilih jalan yang ini kita harus siap dengan segala resiko yang ada.

Terkadang saat kita menjalani hidup ini ada orang-orang yang suka mencela, membuat kita tertekan, merasa kita selalu salah, yah memang yang namanya manusia itu tempatnya salah kalo ga pernah salah itu namanya malaikat. Mereka yang mencela adalah penonton yang hanya bisa bertepuk tangan saat kita menang, dan pergi saat kita kalah. Ini adalah hidup kita, permainan kita jadi hiraukanlah mereka yang mencela kita, jangan berhenti bermain hanya karena ada yang tidak setuju dengan kita. Ini bukan bermaksud membanggakan diri tapi ini hanyalah sebuah semangat untuk membuktikan bahwa kita bisa berhasil, kita bukan orang yang selalu berbuat salah dan gagal. Memang benar kita semua adalah ciptaan Tuhan tapi apakah salah kalau kita menyemangati diri sendiri dan ingin membuktikan kepada orang lain kalu kita bisa menjadi lebih baik dan mengubah pandangan orang terhadap kita? ini adalah hidup kita, lakukanlah seperti apa yang kita mau karena orang lain pun memiliki pemikiran dan kehidupan yang berbeda.

Hidup adalah permainan, mereka yang mencela hanyalah penonton yang hanya bisa bertepuk tangan saat kita menang dan pergi saat kita kalah. Jangan berhenti bermain hanya karena ada yang tidak setuju dengan kita. Mereka yang tidak setuju adalah mereka yang belum tau. just play your game




Rabu, 17 Agustus 2011

17 Agustus

Hari ini adalah tanggal 17 Agustus dimana Indonesia merayakan hari jadinya yang ke-66. Di hari ini pula sering terdengar kata "Merdeka" dari mulut setiap orang, tapi apakah benar sekarang kita sudah merdeka? apa ciri-cirinya? hanya proklamasi kemerdekaan yang dibacakan oleh bung karno dan bung hatta didepan rakyat indonesia pada tanggal 17 agustus 1945 saja? itu tidak cukup. Apa itu merdeka? banyak orang mendefinisikan kalo merdeka itu berarti bebas, bebas dari apa? penjajah? perang? atau apa?

Menurut aku indonesia belum merdeka, kalo merdeka emang diartikan sebagai kebebasan, indonesia masih jauh dari kata itu. Bebas dari kemiskinan, bebas dari kebodohan, bebas dari kejahatan, bebas dari korupsi, dan bebas dari rasa malas. Indonesia masih dijajah oleh rasa malas yang ada pada setiap diri rakyatnya, masih dijajah oleh setiap orang yang berkuasa di negri ini, dan masih dijajah oleh orang asing yang mempunyai saham dan perusahaan di dalam negri ini. Bagaimana indonesia bisa dikatakan sebagai negara yang merdeka sementara point-point tadi masih melekat dan berkembang dinegara yang besar ini?

Di Indonesia banyak sekali orang yang pintar tapi kenapa negara ini mengalami kemunduran? yah mungkin jawabannya hanya satu dan singkat yaitu "Nilai". Kenapa bisa seperti itu? selama ini pemerintah hanya menetapkan nilai sebagai acuan dan standar dalam pendidikan. lalu apakah relevan nilai dengan tingkat pendidikan dan apa ada standar selain nilai? itulah yang sering terpikirkan oleh orang yang bodoh seperti aku. Ketika nilai menjadi standar dan acuan orang berlomba-lomba mendapatkan nilai yang tinggi dengan melakukan segala hal tanpa tahu apa manfaat yg bisa didapat dengan nilai itu, akibatnya seperti sekarang banyak orang pintar dimana-mana tapi mereka ga mampu memanfaatkan kepintarannya untuk kemajuan negeri ini, mereka hanya bisa menggunakan kepintarannya untuk kejahatan.

Ya, seharusnya yang menjadi standar dan acuan bukanlah nilai tapi manfaat. Kalo ada yg bertanya bagaimana manfaat bisa dijadikan sebagai acuan dan standar sedangkan untuk menjadikan sesuatu sebagai acuan dan standar itu harus melalui pengujian terlebih dahulu, ya sudah manfaat pun bisa diuji, caranya? misalkan ada anak yang jago biologi, nah ukuran untuk pengujian manfaatnya bisa ga dia membuat kebun sendiri di halaman rumahnya, jadi ibunya ga perlu beli sayuran ke pasar, trus kalo mahasiswa akuntansi misalkan dia punya warung buat pembukuannya secara rinci biar warungnya bisa maju. Semua itu bisa dijadikan standarnya kalo misalkan mereka maju ya berarti mereka lulus jadi ilmu yang mereka dapet bisa dipake dalam kehidupan sehari-hari. 

Kenapa indonesia sampe sekarang masih molor aja negaranya, karena mereka ga punya orang-orang seperti itu. Mereka salah menetapkan nilai jadi standar, bukan manfaat yang dijadikan standar dan acuan. Indonesia lebih bangga menganjurkan bangsanya untuk berbicara bahasa inggris agar bisa berkomunikasi di internasional bukan mengembangkan bahasa indonesia untuk dipelajari oleh orang asing saat mau berkomunikasi dengan orang kita. Padahal jepang sajah yang merupakan negara maju, banyak penduduknya tidak bisa berbicara bahasa inggris, mereka lebih bangga memakai bahasa mereka sendiri. Mereka maju bukan karena bahasanya tapi karena ilmu yang mereka dapat sehingga saat ada orang lain yang membutuhkan ilmunya orang tersebut harus mengikuti dan belajar bahasanya bukan orang jepang yang belajar bahasa asing.

Bermanfaat ga perlu pintar, karena banyak orang yang sudah pintar tapi ga bermanfaat, bermanfaat ga perlu menunggu kaya, karena banyak yang sudah kaya tapi ga bermanfaat, memang benar untuk memperluas kebermanfaatan memerlukan kepintaran dan kekayaan, tapi untuk memulainya lakukanlah, bermanfaat walau dalam sekecil-kecilnya kemampuan.


motivasi terbesar seseorang adalah ketika dia tau apa yang dilakukannya bermanfaat dan sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat untuk sesama, bangsa, negara dan agama


Rabu, 03 Agustus 2011

Kehilangan

Cahaya yang dulu sangat bersinar terang kali ini sudah pudar, menghilang entah kemana, Semangat yang dulu selalu diberikan kini berubah menjadi rasa lelah, Senyum yang dulu selalu menghiasi hari-hari indah kini hanya tinggal kenangan, lelucon yang setiap malam dilontarkan kini hanya tinggal kesedihan, yah itulah gambaran bintang yang telah mengisi hari-hari dimasa lalu yang kini bintang tersebut telah pergi dengan meninggalkan semua kenangan itu.

Semua orang pasti pernah merasakan kehilangan apapun itu dan rasanya memang sangat tidak mengenakan tapi yah seperti itulah hidup, selalu ada yang datang dan pergi. Hidup itu seperti roda kadang ada diatas, kadang ada dibawah. Tapi kenapa banyak orang yang selalu berusaha untuk terus bertahan diatas, bukannya itu hanya akan memperlambat jalannya roda kehidupan? kenapa takut untuk berputar lebih cepat? toh sama sajah akan mencapai garis finish, kadang diatas kadang dibawah yang beda hanya waktu.

Ada yang menjawab pertanyaan diatas dengan mengatakan "siapa lagi yang mau ada dibawah"  memang benar ga ada satu orang pun yang mau untuk berada dibawah, semua orang pasti berusaha, berlomba-lomba untuk berada diatas, tapi apakah sadar kalau hidup itu harus saling melengkapi, orang yang ada diatas ga akan bisa disebut diatas kalo ga ada orang yang ada dibawah. Jawaban diatas mengindikasikan lebih menitik beratkan kepada materi, sepertinya orang-orang hidup untuk mengejar materi, memilih sesuatu juga berdasarkan materi, yah jaman sekarang materi menjadi sumber kehidupan, selalu menjadi yang dipuja-puja tapi sebenarnya bukan itu yang bisa membuat hidup bahagia. Ga semua hal bisa diukur dari materi, kebahagiaan dan kesedihan salah satunya.

Mungkin cincin yang melingkar di jari manis tangan kirinya menandakan sesuatu yang hal, meskipun itu semua dilihat hanya dari sebuah foto, yah benar atau tidaknya hanya Tuhan yang tahu. Semoga saja dia bahagia dengan kehidupannya dan orang-orang disekelilingnya. Mau senang atau sedih melihat hal itu yang pasti ini Jalan dari Tuhan dan petunjuk agar kembali kepada-Nya, hidup untuk-Nya dan berusaha menjadi lebih baik.


"Melepaskan seseorang adalah hal paling sulit untuk dilakukan, bukan karena air mata kita menangis, tetapi potongan kecil harapan yang tersisa dalam hati"